NAKAL atau POTENSI
Kiat menyikapi kenakalan anak usia dinioleh : Abdul Kholiq
Kenakalan adalah perilaku menyimpang yang bertentangan dengan syariat. Anak usia dini (0-7 tahun) kondisinya adalah belum memiliki beban syariat, sehingga apapun yang dilakukan anak usia dini, sebenarnya belum dapat ditetapkan sebagai kemaksiatan dan pelanggaran norma. Atau dengan kata lain belum dapat disebut sebagai perilaku kenakalan. Namun jika perilaku menyimpang tersebut dilakukan oleh seorang yang sudah dewasa, maka hal tersebut dinamakan kenakalan, bahkan disebut kemaksiatan.
KONDISI ANAK
Terdapat 3 kondisi utama pada psikologis anak usia dini, yaitu:
1. EGOSENTRIS
Merasa dirinya yang paling penting dan merasa dirinyalah pusat perhatian dari semuanya.
Jika anak merasa kurang diperhatikan atau merasa kurang disayangi, maka anak akan melakukan perilaku protes atau berontak untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang dirasa kurang tersebut.
Jika egosentris anak tertuntaskan, maka anak akan merasa percaya diri dan cenderung lebih mudah diarahkan dalam beraktifitas.
2. IMAJINATIF
Pikiran bawah sadar anak terbuka lebar, daya imajinasi sangat kuat, daya nalar belum tumbuh dengan sempurna (belum tamyiz), sehingga belum dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, dan belum dapat memahami pikiran dan perasaan orang lain akibat perbuatannya. Persepsi anak terhadap kehidupan adalah sesuai imajinasinya. Jika apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan oleh anak adalah perkara yang tidak baik, maka akan memunculkan persepsi bagi anak bahwa hidup itu tidak menyenangkan, dan ini akan berakibat buruk terhadap persepsi terhadap Allah dan alam semesta.
Jika apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan oleh anak adalah perkara yang baik, maka akan memunculkan persepsi positif bagi anak bahwa hidup itu sangat menyenangkan, dan ini akan memunculkan persepsi positif terhadap Allah dan alam semesta.
3. SENSITIF
Mudah tersinggung dan mudah tersanjung; mudah menangis dan mudah tertawa; dan mudah mencurigai dan mudah mempercayai. Jika anak mendapat perlakuan yang menyenangkannya, maka hatinya akan berbahagia dan bergairah untuk beraktifitas.
Jika anak mendapat tekanan seperti: ditegur, disalahkan, dimarahi, dll, maka hati anak akan terluka dan menimbulkan imaji negatif, dan tidak bergairah untuk melakukan aktifitas.
KENAKALAN ATAU POTENSI ?
Kenakalan anak sebenarnya adalah perilaku reaktif yang dilakukan anak akibat terganggunya egosentris, iamajinasi, dan kepekaan hati anak. Perilaku tersebut sering dinamakan kenakalan, atau lebih tepatnya dinamakan jeritan hati anak.
Jika egosentris terganggu, maka anak akan merasa tidak bebas dan tertekan, dan menyebabkan munculnya rasa ketidakpercayaan diri pada diri anak.
Jika imaji anak terhadap orangtua, guru, dan masyarakat adalah negatif, karena adanya keteladanan yang tidak baik, maka pengsikapan anak terhadap kehidupan ini negatif juga.
Jika hati anak terluka akibat tekanan, kemarahan, ancaman atau hukuman, maka anak akan melakukan reaksi berupa rasa dendam, berontak, atau perilaku kenakalan lainnya.
Jika egosentris, imaji, dan kepekaan hati anak tumbuh dengan indah, tanpa adanya luka, maka perilaku yang dilakukan anak sebenarnya adalah potensi, hanya saja potensi yang belum tampak buahnya.
SOLUSI
Jika perilaku anak adalah jeritan hatinya, maka sebenarnya perilaku tersebut muncul pada diri anak karena dirinya merasa tidak disayangi, merasa tidak diperhatikan, merasa tidak didengar atau merasa tidak dilindungi. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa tangki cinta anak sedang kosong dan kering. Maka solusi untuk menuntaskan jeritan hati anak tersebut adalah mengisi tangki cintanya dengan menggunakan bahasa cinta yang tepat. Bahasa cinta untuk anak yang terluka hatinya adalah dengan pelayanan, hadiah, sentuhan, kebersamaan, atau pujian.
Jika perilaku anak adalah potensi, maka fasilitasi, bersamai, bimbing, dan jaga agar tertuntaskan apa yang ingin dilakukan selama tidak membahayakan dirinya dan orang lain serta tidak melanggar norma masyarakat yang berlaku.
CONTOH KASUS
1. Seorang anak usia 5 tahun suka tantrum. Yang dilakukan orangtua adalah menganalisa penyebab tantrum, apakah jeritan hati atau potensi. Jika tantrumnya adalah jeritan hati maka yang dilakukan adalah mengisi tangki cintanya dengan
✅ Melayaninya. Apa yang anak minta selama kita mampu dan baik bagi anak, maka turuti permintaan anak.
✅ Jika tidak mampu menuruti permintaan anak semuanya, maka perlu adanya pengalihan perhatian dengan terlebih dahulu memeluknya, setelah anak lebih tenang mintalah maaf kepada anak karena kita tidak mampu memenuhi keinginannya.
✅ Jika sudah tenang berilah apresiasi terhadap apa yang diminta anak, bahwa hal yang diminta anak adalah hebat sekali, kemudian kita puji atas perilaku anak tersebut.
✅ Di lain waktu ketika anak sudah melupakan tantrumnya, berceritalah tentang kisah-kisah yang terkait dengan hal yang diminta anak, agar anak dapat mengambil faedah dari kisah tersebut, dan dapat menumbuhkan kecintaan anak terhadap kebaikan.
2. Anak suka membantah ibunya. Jika membantah penuh dengan kelegaan hati dan keceriaan, maka hal itu adalah potensi anak.
Jika perilaku tersebut karena jeritan hati maka dengarkan bantahannya, apresiasi pendapatnya, puji pendapat yang baik. Di lain waktu jika anak dalam keadaan tenang, berkisahlah dengan kisah yang terkait dengan cara membantah yang baik.
3. Anak usia 4 tahunan sering nakali temannya.
Jika perilaku tersebut tidak membahayakan diri dan orang lain, maka bersamailah, dampingi anak, dukung anak untuk mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Jika sudah membahayakan, maka cegah dengan selembut-lembutnya, dan jangan hakimi mereka, jangan salahkan salah satu atau kedua dari mereka.
Setelah tenang, pada tempat terpisah apresiasi perilaku mereka, dan dukung sikap mereka agar egosentris mereka tertuntaskan.
Semua solusi yang dilakukan untuk mengatasi semua kenakalan tersebut, haruslah didahului dengan niat ikhlas, memohon pertolongan kepada Allah, dan mendoakan kebaikan bagi anak.
# Pendidikan Karakter Nabawiyah